Djarum Black Cappuccino Flavor

Ini dia rokok yang saya suka sejak saya mulai mengenal rokok, meski bukan rokok pertama yang saya hisap.

Saya bukan perokok sebenarnya, hanya sekedar penikmat rokok pada momen tertentu, saya merokok ketika punya alasan, jika tidak ya tidak, karena memang pada dasarnya saya bukan perokok. I'm not smoker.

Rokok yang pertama kali saya hisap mungkin Djarum warna merah, Djarum Super atau Gudang Garam, saya lupa, itu dulu nyoba rokok tetangga, Almarhum Pak Ukir.

Mulai beranjak remaja, saya mulai iseng diem² nyoba rokok ya Sampoerna, yang jadi rokok sejuta umat, rokok putih itu jadi langganan kalau beli eceran bareng teman². Ingat dulu ya sewaktu sebelum latihan putra altar, ngumpet² di belakang gereja. Nakal ya dulu 😅.

Lanjut mahasiswa, saya mulai full merokok selama 1,3 tahun, sampai saya bisa mengumpulkan bungkus rokok sebesar kardus compo Polytron. Mulai sejak itu saya baru mulai memilih, produk rokok yang saya suka.

Produk rokok dari PT Djarum, Kudus, Indonesia adalah pilihan saya. Tapi yang ber-flavor. Seperti Black Cappuccino, Black Tea, dan Black, tambah satu lagi Menthol. Seiring waktu saya lanjut dengan Black Tea, tapi lama² flavor itu hilang di pasaran dan saya lanjut dengan Black Cappuccino sampai sekarang.


Merokok buat saya pasang surut, hanya momen² tertentu saja, ketika saya punya alasan untuk itu. Jika tidak ada alasan ya tidak.


Saya lebih suka dengan Black Cappuccino karena alasan flavor nya. Dulu saya tidak bisa minum kopi, itu alasannya, aroma cappuccino dari Black Cappuccino jadi pelariannya. Yups, sama seperti alasan merokok adalah 'pelarian'. Meski saya bukan olahragawan penyuka cabang olahraga atletik satu itu.

Aroma cappuccinonya sebenarnya hanya sepintas lalu ketika rokok ini dibakar, dihisap pun aromanya tidak begitu strong. Ketika belum dibakar ya, aroma cappuccinonya hanya sedikit terasa sebenarnya. Kalau bisa dibilang, ini produk sugesti, yups otak saya tersugesti seperti ini. Itu tandanya kalau produk ini bekerja, it's work.

Sama seperti produk rokok lainnya, Black Cappuccino ini punya 'racun' : 25 mg TAR dan 1,6 mg Nikotin. Yups itulah racun yang harus saya hadapi ketika menikmati sugesti dari Black Cappuccino.


Tar adalah partikulat di dalam udara yang masuk ke dalam sistem pernapasan ketika seseorang menghisap produk tembakau, seperti rokok, cerutu, dan tembakau linting yang sedang terbakar. TAR kadang digunakan sebagai akronim dari Total Aerosol Residue. TAR yang terkandung di dalam cerutu jauh lebih tinggi bila dibandingkan yang terkandung di dalam rokok secara umum, baik rokok biasa, rokok linting, maupun rokok kretek. Selengkapnya bisa baca di Wikipedia.

Nikotin adalah senyawa kimia organik kelompok alkaloid yang dihasilkan secara alami oleh berbagai macam tumbuhan, seperti suku terung-terungan solanaceae dan tembakau. Pada tembakau, kadar nikotin dapat mencapai 0,6 sampai 3% dari berat kering tembakau. Nikotin juga terkandung di dalam berbagai tumbuhan yang sering dikonsumsi sebagai makanan, seperti terung, kentang, dan tomat, walaupun dalam kadar di bawah 200 nanogram per gram berat kering (kurang dari 0,00002%). Nikotin dapat meningkatkan kemampuan tanaman untuk melawan serangan serangga dan binatang herbivora lainnya, sehingga pada masa lalu sering digunakan sebagai insektisida. Selengkapnya bisa baca di Wikipedia.

Produk ini dulu, ketika saya beli awal² harganya berkisar Rp 10.000,- s/d Rp 11.500,-. Seiring waktu harga terus melonjak dengan pengenaan cukai rokok oleh pemerintah, saat ini per bungkus harganya kisaran Rp 33.000,-.


Yups produk rokok termasuk produk yang saya suka, selain kondom, karena memang design kemasan dan packagingnya ya rapih dan simetris, saya suka produk ini dan bagus untuk disimpan atau dipajang.


Pesan moralnya, merokok memang gak baik untuk kesehatan, bagi perokoknya dan bagi orang lain itu pasti. Namun rokok selalu menjadi pisau bermata dua, dia itu menghidupi banyak orang, pabrik² rokok menarik banyak tenaga kerja, kemudian serapan petani tembakau ya masuk ke industri ini. Namun sisi lain, dampak buruk rokok adalah musuh dari instansi kesehatan.

Makanya beberapa waktu lalu ramai soal omnibus law RUU Kesehatan yang menyinggung soal rokok ini. Yups begitulah serba-serbi rokok.

Tapi Black Cappuccino akan tetap jadi rokok favorite saya, meski suatu saat nanti saya akan resmi pensiun dari produk bermata dua ini.


Kalau kalian perokok, apakah rokok pilihan kalian? Apa semua rokok kalian suka, terutama yang gratisan? Share dikolom komentar ya. -cpr-

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.