Espresso Coffee Maker Manualy
Belakangan minuman kopi sepertinya sedang naik daun, semua orang, tua muda, pria wanita, semuanya senang nongkrong di kafe² kopi, dari yang sederhana, hingga yang mewah.
Gadis ghosting bahkan hampir setiap Minggu senang hunting kafe² kekinian bersama pacar tercintanya untuk sekedar nyobain menu kopi di sana. Catatan kencannya tertulis lengkap ada di sini, tercatat sejak 2019/2020 until the end.
Kebetulan saya ini bukan orang yang mampu secara finansial, kebetulan juga lambung saya ini lemah dengan namanya kopi. Namun belakangan saya dipaksa untuk mengenal kopi demi tuntutan melek saat perjalanan, soalnya saya ini ngantukan kalau sedang mengemudi mobil. Kopi jadi salah¹ cara membuat saya terjaga, begitu kata saran beberapa teman, walaupun pada kenyataannya tidak terlalu berpengaruh sih.
Kapan hari saya ada tugas kantor, untuk belanja kado pernikahan anak dari bos. Saya datang ke sebuah toko di Surabaya yang menjual pernak-pernik kebutuhan rumah tangga. Di sana, ada sebuah teko stainless steel yang menarik perhatian saya.
Penasaran saya lihat dan bertanya, teko SS itu ternyata adalah coffee maker manually. Hmm makin penasaran lah saya. Di sana memang banyak sekali perabot yang biasa tersedia di sebuah kedai kopi.
Dari kesemua perabotan untuk membuat kopi saya tertarik dengan teko untuk buat kopi. Setau saya coffee maker itu pake listrik, tapi ini tanpa listrik. Makin penasaran dong, akhirnya saya browsing dan hunting di online shop dan saya tergerak hati membelinya.
Barang yang saya maksud adalah seperti yang tertampil didokumentasi pribadi saya, di atas itu ya š.
Espresso maker tersebut saya beli dengan harga Rp 60.095,- itu sudah include dengan ongkos kirim, belanja melalui Shopee.
Di sana sih tertulis bisa untuk buat 6 cup, tapi tadi sih saya coba trial dan buat kopi dengan teko itu, mungkin kalau ditakar dalam cangkir cup kopi kecil ya bisalah jadi 5 cangkir kecil, atau bisa disebut sloki. Tapi karena baru pertama kali ya, ngasi kopinya dikit banget, hahaha, bahkan setengah wadah penampung saja tidak.
Jadi cara kerja teko ini itu seperti vacuum steam gitu deh, mekanisme pastinya saya kurang begitu paham dan awalnya agak bingung juga ya, gimana sih cara kerjanya.
Teko ini jika dilepas bisa terbagi menjadi tiga bagian. Seperti terlihat di gambar di bawah ini ya.
Nah saya coba jelaskan sedikit sepengetahuan saya ya. Walau saya agak heran juga, dari mana air itu akan muncul sedangkan posisi air ada di bawah, dan bagian penampung di atasnya kosong, dan kopi ditaruh dibagian tengah.
Saya coba jelaskan dari bagian yang saya pegang, itu adalah tempat penampung kopi bubuknya.
Kemudian dari gambar sisi sebelah kiri, itu adalah bagian penampung air. Diisikan air tidak lebih dari batas safety Valve, atau ukuran tertentu dari hasil kopi yang mau dibuat.
Kemudian dari gambar sisi sebelah kanan, itu adalah bagian paling atas, dimana di sana akan jadi penampung akhir espresso sebelum dituang ke cangkir atau sloki saji. Perlu diketahui bagian paling atas ini bawahnya itu berongga seperti berpori perforated, meski berlubang ketika dibagian atas ini diisi air, airnya gak akan jatuh lagi ke bawah, airnya akan terperangkap diteko bagian atas ini.
Bentuk penampung si kopi bubuknya itu seperti gambar di bawah ini, jadi seperti corong, dan besok corong itu yang nantinya akan ada dibagian air ikut termasuk bersama air.
Jadi teko ini akan berfungsi ketika teko ini dipanaskan atau dimasak seperti panci gitu, ditaruh diatas kompor api.
Seperti yang sudah dijelaskan di atas. Saya isikan kopi Indocafe ke bagian penampung kopi, eh jangan lupa bagian bawah itu diisi air minum biasa, air Aqua galon mungkin atau air mineral siap minum. Disarankan air panas yang sudah matang, supaya proses 'memasak' espresso ya lebih cepat.
Kemudian tempatkan sesuai tempatnya. Oh ya, isi airnya jangan penuh², kalau terlalu penuh nanti airnya akan naik sampai ke penampungan kopi. Patokan setinggi safety Valve ya ya.
Setelah itu tutup dengan teko penampung bagian paling atas dan putar seperti nutup tutup botol. Lalu kemudian taruh di atas kompor api š„, seperti gambar di atas.
Nah prosesnya begini, jadi dipenampung air bagian bawah itu kan air dipanaskan hingga mendidih pastinya. Nah uap panas dari air mendidih itu akan mendorong kopi bubuk itu naik ke atas, terdorong seperti steam uap. Uap² kopi itu akan terdorong dan tertampung pada teko paling atas.
Ketika sebelum mendidih, teko penampung bagian atas itu akan kosong. Tapi ketika air sudah mendidih dan uap steam terjadi, perlahan maka teko penampung atas akan terisi dengan air kopi.
Katanya sih, ketika espresso ya sudah mulai keluar, api kompor bisa dipadamkan, karena si espressonya akan keluar dengan sendirinya sampai air di penampungan bawah itu habis semua. Kalau pun sisa hanya sedikit saja koq.
Air yang ada dipenampungan bagian bawah juga akan pindah semua ke atas. Jadi jangan heran pas buka penampung bagian bawah akan hilang airnya, kalau pun ada hanya sedikit dan itu agak ada campuran kopinya.
Menariknya lagi tanpa ampas sama sekali, semua kopi bubuknya jadi minuman kopi. Mungkin kopi yang saya berikan terlalu sedikit š, harusnya ada takaran tertentu, bahkan sampai penuh. Ya namanya juga nyoba, agak mode hemat kopi š.
Saya yang menikmati minuman kopi panas dengan cara ini memperoleh cita rasa tersendiri dalam menikmati kopi. Enak dan seru sih, daripada bikin kopi biasa gitu.
Hasil trialnya tidak saya dokumentasikan, lupa, ya kapan² saja kalau buat lagi ya.
Malah saya sekarang jadi kepikiran untuk cari merk² kopi lain, misalnya Exelsso atau apalah itu, karena ingin menikmati cita rasa kopi sesungguhnya. Namun sebenarnya teko ini adalah untuk membuat espresso. Nah lalu apa si arti espresso itu?
Espresso merupakan kopi yang dihasilkan dari proses penyeduhan kopi dengan tekanan dan suhu tinggi. Kopi espresso dibuat dengan menggiling kopi hingga halus, lalu dipadatkan atau biasa disebut “tamping”, kemudian kopi diseduh dengan tekanan tinggi dengan suhu yang tinggi, sehingga menghasilkan ekstrak kopi yang kental.
Oh kalau begitu yang saya minum itu adalah kopi espresso, berarti saya gak salah menggunakannya. #goodjob Salahnya cuma takaran kopi dan airnya gak pas aja sih.
Tapi karena saya sudah punya kopi bubuknya, jadi langsung saja tanpa perlu menggiling dulu, lain cerita ketika saya hanya punya biji kopi, itu perlu digrinding terlebih dulu.
Begitulah kira² hasil trial alat yang baru saya beli. It's work. Jadi buat kalian yang sama seperti saya penasaran dengan teko ini, jangan ragu untuk membelinya.
Seru sih, dan kedepannya saya bakal sering² ngopi dengan alat ini, dan saya ingin cari cangkir atau sloki khusus untuk ngopi.
Oh ya, secara umum cara penggunaan teko espresso bisa nonton video di bawah ini. Walaupun beragam sih cara orang membuat espresso, tapi secara umum konsepnya sama, intinya ada takaran² tertentu yang harus dipahami untuk dapatkan selera tertentu.
Oh ya, istilah single shot atau double shot itu adalah takaran ruangan kopi, @30ml, kalau triple shot berarti kalikan 3 dong. Kira² begitu, hmm sepertinya saya mau mulai eksperimen² nikmatin kopi dengan cara sendiri ah.
Segitu dulu deh sharing dari saya, nyobain 'teko ajaib' untuk buat kopi. Sampai jumpa dipostingan lainnya, bahas soal barang² yang saya beli atau barang unik lainnya. -cpr-
Leave a Comment