Jajal LCGC Toyota Calya

Datsun adalah mobilku saat ini. Tapi beruntung saya bisa nyoba jajal bawa mobil LCGC lain dari pabrikan Toyota. Ini catatan bukan review si, hanya sharing pengalaman saja sih. Soalnya beda banget, Datsun dari pabrikan Nissan Indomobile dan Calya dari Toyota.

Jadi Toyota Calya yang saya bawa kali ini merupakan varian tertinggi, dengan fitur terbaik dikelas LCGC Toyota seven seater, tipe manual.

Calya yang saya jajal, pertama kali parkir di garasi yang biasa SiDat parkir

Jika dibandingkan Datsun Go saya, wah jauh sekali. Dari material build quality, jauh lebih baik Calya, jauh banget, padahal Datsun Go saya itu adalah versi tertinggi ditahun itu, kalau gak salah 2018.

Soal fitur, wah Datsun saya so poor, miskin sekali soal fitur. Fitur terbaiknya hanya manual central lock, yang hanya bisa aktif kalau ditekan kuncian pintunya.

Apa yang saya sebutkan di bawah ini jelas tidak ada di Datsun yang saya miliki. Apa saja itu?
+ Central lock otomatis saat mobil sudah berjalan beberapa meter, kayanya settingannya diaktifkan saat masuk gigi dua deh (kira-kira)
+ Sensor safety belt
+ Sensor pintu belum tertutup sempurna
+ Sensor ECO driving
+ Sensor traction control saya lihat ada indikatornya
+ Electric spion bisa diatur dari dalam kabin
+ Head unit sudah touch display, bluetooth
+ AC double blower
+ AC kipas dan freon terpisah, dengan setingan berbeda, atau ada dua knob
+ Lampu depan sudah halogen (putih)
+ Fog lamp
+ Wiper belakang
+ Kabin cukuk kedap, karet pintu-pintu tebal, sehingga nutup pintu gak kaya nutup pintu angkot
+ Jok juga sudah kulit (aksesoris tambahan)
+ Velg sudah racing
+ Bemper belakang besi (aksesoris tambahan)
+ Roof handle (aksesoris tambahan)
+ Anterna sirip hiu (aksesoris tambahan)

Ini dia tampilan spedometer, odometer dan tampilan sensor-sensor indikator si Calya, lengkap kan, beda banget sama Datsun yang simpel. Ya selisih harganya juga lumayan sih ya.

Jauh sekali bukan dengan Datsun yang saya miliki. Harganya juga memang berbeda sih, wajar, tapi walau bedanya tidak begitu banyak, Toyota mampu memberikan lebih banyak. Calya di atas itu dipinang kisaran Rp 151juta ke atas dikit, kurang lebih. Sedangkan Datsun saya kalau gak salah Rp 124juta. Banyak sih selisihnya ya, ya karena kan 7 seater wajar sih.

Catatan lain yang berbeda adalah soal karakteristik kopling, kopling Calya ini pendek sekali, berbeda dengan Datsun yang cukup dalam. Throttle and brake pun pendek jarak tekannya, berbeda dengan Datsun.

Nafas gear Calya ini stabil di 3-4, malah lebih sering pakai 5 di jalan biasa. Sedangkan Datsun 1-2 nafasnya panjang, sehingga pakai gigi 3 itu jauh lebih sering di jalanan kota yang cukup padat, baru kalau jalur lancar masuk di 4 dan di tol ya baru pakai 5.

Untuk stir, Calya ini lebih antep, cukup berat jika dibandingkan dengan Datsun yang sangat amat ringan bantingannya. Memang jika dibandingkan Datsun saya lebih pendek, alias hanya 2 baris, jika dibandingkan pasti gak pas sih. Tapi secara umum rasanya sama, bantingan Datsun lebih ringan.

Untuk kaki-kaki, jujur sih Calya ini lebih keras, ya kalau dipakai hanya berdua atau bertiga ya cukup keras, karena ini kan mobil untuk 7 seater, jadi setingan per nya pasti disesuaikan.

Posisi menyetir Calya ini lebih tinggi dan terasa tegak. Kalau Datsun itu pendek, serasa nyetir sedan, dia lebih ceper, rasanya sih begitu ya.

Lihat kan masih kinyis-kinyis, ada bemper belakang, ada spoiler, ada antena model sirip hiu, ada roof handle, warna merah bata ini memberikan kesan luxury.

Itulah kira-kira hal-hal berbeda dengan Datsun yang saya miliki. Meski begitu, memang senyaman-nyaman mobil orang lain, tetap lebih nyaman mobil sendiri. Hal yang paling saya rasaka ya soal bahan bakar, saya merasa Datsun saya lebih irit dari sisi konsumsi bahan bakar.

Berikut ini catatan kilometer tempuh, ketika saya mulai pakai pinjam. Emang sih gak bisa jadi ukuran pasti, karena trip bahan bakar ini kan hanya penanda saja tidak begitu akurat. Start dengan trip bensin empat batang, start kilometer 7544. Rinciannya sbb.:
Tanggal 24/12
7544 - 7561 : 17 km ini perjalanan dari rumah Wahyu ke kosan
7561 - 7569 : 8 km ini perjalanan dari kos, ambil ATM, rumah MVA kemudian kembali ke kosan
Tanggal 25/12
7569 - 7635 : 66 km ini perjalanan ke rumah MVA, terus balik ke kos karena hape ketinggalan, balik ke rumah MVA. Lalu start menuju Malang, sempet puter balik cari bubur bayi di Singosari, lanjut Malang, ke Suhat, ke Pasar Besar Malang ke SPBU daerah Ijen.
7635 - 7649 : 14 km ini perjalanan habis isi bensin dari SPBU Ijen ke arah Pakis rumah Mba Esty.
7649 - 7669 : 20 km ini start dari rumah Mba Esty ke perumahan Sulfat, berangkatnya muter, pulangnya lewat jalan pintas.
7669 - 7724 : 55 km ini start dari rumah Mba Esty ke Suhat, lalu balik arah Pandaan, berhenti di SPBU Purwodadi, lanjut balik arah Pandaan ke kosan.
7724 - 7736 : 12 km ini start dari kosan, ke Cengho, lalu ke office Natura ambil paketan, langsung ke rumah MVA, terus ambil ATM di Moroseneng, terus ke Jaya Garage cuci mobil, terus balik kosan.
Tanggal 26/12
7736 - 7751 : 15 km ini start dari kosan, SPBU, lalu langsung meluncur ke rumah Wahyu.

Kalau dilihat dari odometer itu average per liter itu kurang lebih 1:13-15 km, walaupun diodo tercatat 1:17. Saya kira fake aveage deh. Total semua jarak tempuh dari start hingga finish menghabiskan 207 km, jika dibagi average km, itu ya butuh bensin Rp 130.000,-. Masih masuk kategori irit lah, walau secara psikologis saya rasa irit SiDat. Ketika pulang, trip bensin ada 5 batang.

Joknya juga sudah dilapis kulit, itu lihat dasbornya, simpel sih tapi okelah. Memang kesannya lebih mewah ketimbang Datsun yang saya punya. Minder sih, tapi ya bersyukur masih punya kendaraan, jadi gak kehujanan.

Ya itulah catatan saya, sharing bagaimana mengendarai Calya varian tertinggi dengan fitur terbaiknya Toyota dikelas LCGC. Mungkin di luar sana mobil dengan fitur canggih lebih banyak, dan saya pasti akan sangat terpukau. Karena baru menjajal fitur terbaik kelas LCGC ini saja sudah oke, bagaimana dengan mobil lain non LCGC.

Pelihara mobil memang tidak murah, banyak biaya yang perlu disiapkan, tidak sesederhana mengendarainya. Jadi siapkan mental dan dana yang cukup untuk memeliharanya. Itu saja sih pesannya, kalau yao masih pas-pasan buat hidup, pengen punya mobil ya cari yang paling ekonomis saja. Tapi jangan harap dapat kaya fitur.

Jadi intinya, nikmatilah yang kamu miliki saat ini, kalau ada rejeki ya naik grade ke yang lebih baik, asal keuanganmu mampu membiayai biaya hidup mu. Sampai jumpa dicatatan lainnya. -cpr-

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.