Belum Sempat Capture Kenangan di Path dan Friendster
Aplikasi sosial media sangatlah banyak, tapi tidak semua bisa
survive, selalu ada yang datang dan pergi. Friendster contohnya, sosial media
yang cukup terkenal dijamannya, menemani masa remaja saya dulu, meskipun tidak
begitu aktif menggunakannya. Friendster akhirnya tumbang setelah Facebook
dikenal. Kemudian ada Path yang cukup terkenal pada awalnya, namun tumbang juga
karena kalah saing dengan Instagram.
Ada pula
sosial media Google+ yang tahun depan akan segera dimatikan karena alasan
keamanan data pengguna. Entah, kenapa Google tidak memperbaikinya, tapi malah
mematikan sosial media besutannya ini.
Baca
juga: Google+ Dimatikan Lebih Awal
Lanjut ke
Path, aplikasi sosial media modern, buat anak-anak generasi mileneal pasti
fasih menggunakannya. Aplikasi yang pada awalnya terkenal dikalangan pemilik
Iphone ini yang kemudian merambah ke Android ini cukup akrab dengan anak-anak
muda. Saya yang pernah muda pun tidak luput menggunakannya, untuk sekedar punya
dan berbalas komentar.
Path
resmi diluncurkan tahun 2010 dan resmi ditutup 18 Oktober 2018. Meski baru 1,5
bulan lalu ditutup, saya sudah tidak bisa mengakses account saya di sana,
bahkan lamannya kini sudah tidak bisa diakses. Niat saya mau capture sedikit
buat kenang-kenangan. Memang sih tidak banyak yang pernah saya upload di sana.
Saya gunakan Path hanya sesekali, postingan status pun masih bisa dihitung
puluhan, begitupun dengan foto, untuk video malah tidak pernah.
Path
merupakan sosial media yang cukup eksklusif jika dibandingkan sosial media
lainnya. Dimana interaksi antar penggunanya dibatasi hanya 150an saja. Meski
begitu, cukup banyak juga penggunanya, diakhir hayatnya pelanggan Path bisa mencapai
2 juta user.
Alasan
yang mendasar kenapa Path ditutup adalah kalah bersaing, pengguna Path mulai
meninggalkan karena ada Instagram. Fitur Instagram yang lebih interaktif
membuat Path ditinggalkan. Path juga sempat berbenah, namun apa daya persaingan
sangat keras. Kondisi ini membuat Path kesulitan soal pemasukan, pada akhirnya
Path tak mampu bertahan.
Path
juga pernah diprotes soal privasi pengguna. Yakni soal akses Path terhadap
kontak dan nomor telepon pengguna tanpa persetujuan pengguna. Masalah ini sudah
diperbaiki. Tetap Path mendapat sanksi denda yang cukup besar.
Selain
Path, kita kenal juga Friendster yang jadi nenek moyang sosial media dijaman
modern, dijaman internet.
Friendster
bisa dikatakan sebagai pioner sosial media sebelum dunia internet merambah jadi
suatu yang penting sekarang ini. Dulu, mengunjungi Friendster atau disingkat FS
kalau pas lagi diwarnet. Wajar saja, tidak seperti sekarang akses sosial media
bisa diakses dari smartphone. Dulu smartphone mahal, koneksinya pun baru GPRS,
paling tinggi HSPA atau H+ itu juga dihape mahal. Paling mentok pakai internet
rumahan diakses dari PC atau laptop. Meskipun jaman itu sulit internet, tetap
tidak mengurangi antusias remaja dan orang tua jaman itu 'bermain' FS ini.
Friendster
merupakan sosial media asal AS yang didirikan tahun 2002 dan resmi ditutup
untuk penggunaan sosial media tahun 2010. Selama kiprahnya, FS ini cukup
terkenal di negara-negara Asia, terutama Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Untuk seluruh dunia, penggunanya sampai 8,2 juta. Tahun 2011 nama Friendster
tetap dipertahankan, menjadi sosial media untuk gamers dan hiburan. Namun tidak
begitu laku, dan akhirnya ditutup juga pada akhirnya.
Alasan
penutupan FS ini selain karena lahirnya Facebook dan banyak pengguna lebih
mencoba hal baru membuat FS mulai ditinggalkan, adalah ada permasalahan
teknologi. Serta penanganan yang tidak fokus dari manajemen dan investor guna
mempertahankan FS ini, mengingat saat itu Facebook sedang mulai tumbuh. Sempat
FS mau mengakuisisi Facebook namun tawaran yang kurang menggiurkan membuat
proses ini tak terealisasi. Hingga akhirnya Friendster diakuisisi oleh
pengusaha asal Malaysia dan berubah menjadi situs jejaring sosial pengguna
gamers. Situasi ini tidak mengembalikan kejayaan FS.
Sayangnya
dari dua sosial media yang kini sudah tidak bisa diakses lagi, saya tidak bisa
menyimpan kenangan, setidaknya capture profil saya. Apa boleh buat, cukup
kenangan dan ingatan di kepala saja untuk mengenangnya, sebagai tanda bahwa
saya pernah muda.
Pengalaman
ke depannya, suatu waktu jika ada lagi sosial media yang akan ditutup atau
dipensiunkan atau dimatikan, hendaknya menyimpan capture profil pengguna, ya
itu bisa buat kenang-kenangan. Pada akhirnya semuanya akan jadi catatan
sejarah. Hayo, sosial media apa yang masih dipakai saat ini? Tidak ada yang
abadi, saat nanti ada datang sosmed terbaru, siap-siaplah meninggalkan sosmed
yang lama. Selalu akan ada yang datang dan pergi. -cpr-
Leave a Comment