Membandingkan Dua Deodoran
Bau badan, itu jadi masalah kebanyakan manusia. Penyebabnya bisa banyak hal, bisa hormon, bisa juga memang karena kurangnya menjaga kebersihan diri.
Tapi jaman sekarang, bau badan bisa menyerang siapa saja jika tidak diantisipasi baik, mengingat hawa dan cuaca ekstrem belakangan. Hawa panas dan terik matahari bisa jadi pemicu bau badan.
Sumber bau datang dari ketiak. Mengatasi hal ini, deodoran jadi solusi terbaik masa kini. Dulu ada bedak, tapi bedak menimbulkan burket yang akhirnya menambah masalah baru. Kalau yang sudah akut biasanya sampai harus mandi dengan tawas dan air rempah lain. Bahkan makanan pun harus dijaga.
Banyak sekali merk deodoran di pasaran, dari yang mahal dan murah (tidak dipahami murahan). Deodoran untuk pria dan wanita pun dibedakan karena kompleksifitas hormon pria dan wanita berbeda.
Tidak semua orang cocok menggunakan deodoran. Ada yang punya kulit sensitif, jika pakai deodoran sering muncul luka di ketiaknya. Entah karena iritasi dari cairan deodorannya atau dari roller deodoran itu sendiri.
Saya biasa pakai deodoran dari salah satu merk, meskipun saya tidak terpaku pada satu merk, tergantung selera saja lagi pengen bau yang itu, jadi pakai yang itu. Sering nyoba deodoran dari merk berbeda saya jadi tahu apa bedanya selain dari aromanya. Meskipun tidak spesifik.
Ternyata, fisik design roller deodorannya ini juga jadi pembeda berarti, ini dari sisi kenyamanan. Nah deodoran yang saya pakai sebelumnya punya design dan permukaan yang halus, jadi ketika ada gesekan roller dengan kulit tidak terasa sakit.
Tapi ketika saya coba deodoran lain, dengan model seperti digambar terasa tidak nyaman, kasar, sehingga ketika dikenakan ke kulit bisa buat luka jika kulitnya sensitif, belum lagi cairan deodoran tersebut pastinya akan memperparah luka.
Makanya terkadang ada yang tidak suka memakai deodoran karena masalah iritasi seperti ini. Ya ini kan hanya salah satu faktor saja. Yang terpikirkan ketika saya menggunakan deodoran dengan roll on agak kasar.
Sebenarnya, kalau dilihat dan pegang sih oke lah, dalam arti layak pakai. Tapi jika dibandingkan dengan produk sejenis merk lain, ada yang bisa menciptakan lebih halus dan smooth ketika digunakan.
Roller yang kasar itu ternyata bisa disiasati dengan lebih dulu membasahkan permukaan roller dulu, ketika sudah basah dengan cairan deodoran, ketika digunakan tidak terlalu terasa kasarnya.
Ini sih baru komentar saya atas dua produk yang kebetulan pernah dan sedang saya pakai saat ini. Buat yang punya kulit sensitif terhadap deodoran, mungkin punya cerita dan tanggapan berbeda. Kemudian, buat yang punya kulit 'badak', roller kasar seperti yang saya maksud di sini bisa saja tidak berarti apapun.
Masing-masing produk yang ada di pasaran punya karakteristik yang berbeda, kembali ke selera pembeli, mau pakai yang mana. Semua dikembalikan ke pasar dan selera calon pembeli. Segitu saja catatan saya, ketika iseng membandingkan dua deodoran yang ada di dalam lemari. -cpr-
wah ternyata ada perbedaan juga di segi tekstur.
BalasHapusNah bahasannya cukup membantu me-navigasi calon pembeli..
Iy, dl awl ny heran, ad yg gk bs pakai deodoran. Ybs jd ny BB banget. Disuruh pk deodoran gk mw, krn alasan luka.
HapusAp si yg mmbuat luka. Bs jd slh satu ny krn tekstur roller nya yg gk halus. #dugaan
Ternyata pas sy cb, y memang ada yg gk hlus.
Saya kurang suka pake deo karena lengket dan meninggalkan bekas di baju. Kemudian aromanya terasa tajam. Jadinya saya pake bedak aja hehehe
BalasHapusAman dari burket kah om?
Hapus