Mencoba Seduhan Tradisional Pecut Kuda, Ikthiar Melawan Radang Tenggorokan dan Batuk

Jangan kira baca judulnya kali ini saya bahas produk jamu seduhan tradisional yang dikemas praktis dalam alufoil atau semacamnya. Gak seperti itu, kali ini berbeda ya. 

Jadi sudah mau genap seminggu ini saya mengalami batuk² terus karena pas imun drop kena flu berat dan menyerang organ tenggorokan dan bikin batuk berkepanjangan, yang membuat imun jadi stagnan karena batuk ini jujur saja mengganggu sekali. 

Memang saya tidak mengkonsumsi obat berat farmasi, saya hanya beli obat warung seadanya untuk membuat kondisi stabil tidak terlalu drop, alhasil sembuh jadi lama dan saya seperti tidak sembuh².

Ada teman kerja yang menawarkan ramuan tradisional yang biasa keluarganya konsumsi dari apotek hidup rumahnya. Apa itu? 

Ilustrasi, tanaman pecut kuda di alam liar. Gambar diambil dari Google

Dia bilang itu namanya daun pecut kuda. Jadi daun itu diambil,  cuci bersih terlebih dahulu ya, lalu direbus, ambil airnya dan diminum. 

Ini dia pas saya rebus, daun dan batangnya saya rebus sekalian. Gambar dokumentasi pribadi, jangan protes ya dapurnya lagi kotor, lagi gak fit buat bersih².

Kalau minum yang murni tanpa campuran apa², rasanya itu ya hambar, pahit pun tidak, dilidah ya hambar gitu lah, sensasi yang dirasakan adalah setelahnya, setelah seduhan masuk tenggorokan seperti meninggalkan atau melapisi tenggorokan dengan sesuatu, entah apa itu. Intinya kaya ada sensasi 'tertinggal' ditenggorokan. 

Bukan 'rasa yang tertinggal' ya, entah apa namanya. Yang pasti bukan 'mantan yang tertinggal terus diambil lagi', bukan² itu, suwer beneran. Kalau dia mah emang begitu 😝. 

Ada yang seleranya manis, dikasi gula, ada yang gak. Kalau saya pilih tanpa gula saja, karena memang tidak begitu suka yang manis. Ada yang manis tapi CLBK sama pacarnya, jadi cuma kena PHP dan ghostingan #nasibnasib, pantes sakit gak sembuh², tekanan batin dan makan ati. 🤭🤫. 

Saya meminumnya seperti minum teh gitu lah, ada sruput² nya gitu, padahal mah rasanya ya hambar² gimana gitu. 

Ini saya rebus 3 cangkir jadi satu cangkir. Dokumentasi pribadi. 

Saya coba cari tahu, apa sih tanaman pecut kuda itu. Wikipedia membantu saya mendapatkan jawabannya. 

Daun yang saya ambil untuk seduhan ini berasal dari tanaman yang bernama lokal Pecut Kuda. Ya nama lokal, di daerah Malang disebut begitu, entah bagaimana di kota² lain dikenal dengan nama apa. 

Tanaman ini punya nama ilmiah Stachytarpheta jamaicensis.  Hmm, ribet ya, pantesan nama lokalnya lebih terkenal 🤭. 

Tanaman ini merupakan tanaman liar yang tumbuh subur di Indonesia. Ingat ya, nama pecut kuda itu hanya sebutan di Indonesia, kalau di negara lain beda lagi, seperti di Filiphina disebut Kandikandilaan dan di Cina disebut dengan istilah Yulongbian. 

Sejarahnya tanaman ini sebenarnya berasal dari daerah selatan Florida. 

Karena tumbuh liar, di beberapa negara sering dianggap gulma, atau pengganggu tanaman lain, terutama tanaman yang ditanam di lahan perkebunan. 

Tanaman tersebut juga biasanya ditemukan pada ketinggian Hingga 700 meter di atas permukaan laut. Pecut kuda lebih tumbuh subur pada tanah berpasir.

Secara fisiknya, tanaman pecut kuda ini punya tinggi antara satu sampai tiga meter. Memiliki daun berwarna hijau sepanjang tahun dan sepanjang musim. Daun pecut kuda tersusun secara berlawanan pada batang utama. Bentuk daunnya adalah mulai dari bulat hingga lonjong dengan tepi daun bergerigi kecil dan pangkal daunnya tidak berteoreh. Permukaan daun pecut kuda, memiliki tekstur berkerut seperti kulit jeruk tetapi kerutannya lebih tajam. 

Seperti yang disebutkan di atas, bahwa daunnya berwarna hijau sepanjang tahun. Namun hijaunya bisa berbeda, jadi kalau hijaunya gelap atau hijau tua, itu menunjukan bahwa daunnya terpapar sinar matahari seharian penuh. 

Tanaman pecut kuda adalah tanaman yang berbunga sepanjang tahun, tetapi tanaman ini bunganya lebih sedikit saat bulan Desember hingga Februari. Bunga pecut kuda berwarna ungu dan ada pula yang ungu kebiruan. 

Batang tumbuhan pecut kuda termauk ke dalam batang berkayu, meskipun kecil. Batangnya berwarna hijau seperti daunnya. 

Batang tanaman juga berfungsi sebagai alat perkembangbiakan secara vegetatif buatan, sedangkan secara generatif tumbuhan ini berkembangbiak dengan menggunakna bijinya. Akar pecut kuda termasuk jenis akar tunggang.


Nah setelah sedikit memahami morfologi si tanaman pecut kuda ini, gak enak kalau tidak bahas apa sih sebenarnya yang menjadi khasiatnya? 

Pecut kuda mempunyai kandungan kimia alkaloid dan glikosa. Dimana senyawa kimia ini sangat efektif membantu menangani penyakit amandel, radang tenggorokan, batuk dan hepatitis A.

Bagian tanaman yang sering dimanfaatkan adalah daun, bunga dan akarnya, yaitu dengan cara direbus dan diambil air rebusannya.

Sering juga digunakan untuk mengobati infeksi kencing batu, reumatik, haid tidak teratur dan keputihan (dengan cara mengkonsumsi air rebusan dari akar pecut kuda). 

Bunga dan tangkai pecut kuda dapat mengobati radang hati atau hepatitis A.


Tanaman ini bisa jadi salah satu list tanaman apotek hidup di rumah kita, tanaman ini juga bisa dimanfaatkan untuk tanaman hias karena bunganya tumbuh sepanjang tahun. Karena tanaman ini aslinya adalah tanaman liar tentunya tak begitu sulit merawatnya. 

Bisa jadi pilihan penghijauan yang bermanfaat di rumah kalian. 

Segitu saja sharing dari saya, semoga dengan mengkonsumsi seduhan tradisional ini mampu mengurangi batuk yang saya alami, sehingga saya tak perlu mengkonsumsi obat farmasi, walau agak ribet harus seduh² dulu, tapi saya pikir ini sama seperti kaya minum teh atau kopi, gak repot koq. 

Terima kasih ya untuk teman saya, @irene yang sudah memberikan informasi bermanfaat ini dan memanen pecut kudanya untuk saya coba seduh. 

Sampai jumpa dipostingan lainnya soal produk² lain, walau yang ini bukan produk pabrikan, tapi produk dari alam, back to nature, made in God. Salam sehat untuk kita semua. -cpr-

1 komentar:

  1. Sejauh ini ada khasiatnya yang saya rasakan, mengurangi peradangan di area tenggorokan.

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.