Menyadari, Laut atau Gunung, Semuanya Sama
"Suka mana, laut atau gunung?"
Ketika mendapat pertanyaan tadi, saya spontan menjawab "Laut!" Ya, karena saya memang lebih menyenangi laut daripada gunung, jadi ketika diajak ke gunung atau laut, saya lebih prefer ke laut. Saya memang lebih menyenangi laut daripada gunung, alasan simpel saya, di laut lebih aman ketika melamun dibandingkan di gunung, bikin kesambet soalnya kalau di gunung.
ilustrasi .beritagar.id
Begitulah awalnya, tapi setelah saya melakukan trip mancing ke laut selatan akhir pekan lalu, saya jadi berpikir bahwa keduanya adalah sama saja. Ketika kini saya diberikan pertanyaan yang sama, saya akan menjawab, kemana saja saya oke, laut atau gunung bolehlah. Hanya saja, memang untuk mendaki gunung saya tidak bersedia, karena lebih kepada fisik yang tidak begitu fit baik.
Ketika di laut kita akan sulit menemukan air bersih, air bersih memang ada sih, tapi merupakan air payau, yang rasanya dan tidak segar. Jika di gunung, kemungkinan menemukan air bersih dan segar lebih banyak, karena ada sungai yang membawa air segar pegunungan.
Kalau mau main air, basah-basahan tidak akan merasa pliket, lengket dan kotor, sekalipun kita bermain lumpur kotor sekalipun. Tetapi jika ke laut, sudah airnya bikin pliket, lengket, kotoran di pasirnya pun bikin lengket.
Kemudian, ketika mandi air payau di perumahan sekitaran laut, pastinya tidak akan sesegar mandi di perumahan di pegunungan. Satu hal lagi, saya kan untuk mengeringkan badan selepas mandi menggunakan kanebo. Jika kanebo basah, lalu tersimpan terungkep misalnya di dalam tas, jika kena air pegunungan, kanebo pastinya lembab tapi tidak berbau. Jika kena air payau, keungkep, itu kanebo baunya seperti tai. Menjijikan sekali deh pokoknya deh.
Inilah yang membuat saya berpikir bahwa laut dan gunung sepertinya sama saja, tidak ada yang prefer kali ini bagi saya. Semuanya baik adanya lah. Semua harus seimbang, laut dan gunung tidak ada yang lebih baik, semuanya mendukung alam memberikan manusia untuk refresing dari kepenatan.
Meskipun tidak bisa dipungkiri, hobi kesenangan saya adalah mancing bisa diberikan oleh laut, jika dibandingkan dengan gunung. Tapi kini saya akan menanggap semuanya adalah sama, tidak ada prefer kemana yang lebih saya suka, pokoknya semua sama, punya kelebihan dan kekurangan menurut saya.
Alasan kesambet, tadinya saya tidak memilih gunung karena itu, kalau bengong bikin kesambet. Ternyata di laut bisa saja terjadi lho, kalau melamun. Saya meraskannya, ketika di laut seperti itu, jika kita melamun, ngantuk tapi pikiran kosong, ketika kita melihat ke suatu titik bisa saja terhalusinasi sendiri. Jadi, intinya sebenarnya dimana pun, ketika pikiran kosong bisa saja kesambet koq. Saya alami itu sendiri, saya membuktikannya koq, apalagi misalnya kita habis terombang-ambing di laut, karena tersesat atau apapun itu, halusinasi bisa saja terjadi saat itu. Jadi semua tempat sama saja, laut atau gunung, tetap saja bisa sawan kalau pikiran kosong.
Alasan kesambet, tadinya saya tidak memilih gunung karena itu, kalau bengong bikin kesambet. Ternyata di laut bisa saja terjadi lho, kalau melamun. Saya meraskannya, ketika di laut seperti itu, jika kita melamun, ngantuk tapi pikiran kosong, ketika kita melihat ke suatu titik bisa saja terhalusinasi sendiri. Jadi, intinya sebenarnya dimana pun, ketika pikiran kosong bisa saja kesambet koq. Saya alami itu sendiri, saya membuktikannya koq, apalagi misalnya kita habis terombang-ambing di laut, karena tersesat atau apapun itu, halusinasi bisa saja terjadi saat itu. Jadi semua tempat sama saja, laut atau gunung, tetap saja bisa sawan kalau pikiran kosong.
Sebagai penutup saya bagikan lagu yang tentang laut dan gunung, dari Payung Teduh - Cerita Tentang Gunung dan Laut (2017) dari Album Live and Loud, selamat menikmati.
Catatan yang tidak penting, tapi ini harus saya catat, karena karena trip mancing kemarin ini, preferensi saya tentang laut dan gunung berubah, kini semuanya sama adanya. -cpr-
Leave a Comment